MAKALAH
SUNAN KUDUS JA’FAR SHODIQ
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini
meliputi : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metodelogi dan Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
TENTANG SUNAN KUDUS
Pada Bab ini
meliputi : Apa dan siapa Sunan Kudus, silsilah Sunan Kudus, jarah Sunan Kudus,
cerita menara.
BAB III PENINGGALAN BENDA-BENDA
PENINGGALAN SUNAN KUDUS
Pada bab ini
meliputi : masjid kuno kudus, menara kudus, gapura-gapura, makam sunan kudus
BAB IV PENUTUP
Pada Bab ini
meliputi : Kesimpulan, Saran-Saran dan Penutup
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ja’far
Shadiq adalah salah satu tokoh ulama terkenal di Indonesia dalam perkembangan
dan penyebaran agama islam, terutama dalam mengajarkan ilmu fiqih. Yang menjadi
daerah operasinya adalah daerah pesisir utara, yaitu : Gresik, Tuban, Ampel
(Surabaya), Cirebon dan Banten. Sunan Kudus adalah salah satu anggota wali
songo, dan diantara kesembilan wali, hanya beliaulah yang terkena sebagi “wali
ilmu”, beliau juga menjadi imam syiah yang ke enam.
Tiap tahun
atau pada tanggal 10 asyura, di Kudus diadakan upacara penggantian kelambu
makam Sunan Kudus yang disebut dengan “Buka Luwur” dan perlu kita perhatikan
bahwa ada perbedaan cirri-ciri khusus di antara daerah satu dengan lainnya.
Pendidikan dan tingkah laku, para pedagang-pedagang secara perseorangan meluas
dan semarak seperti perkembangan islamdi dunia. Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus,
memiliki banyak karomah (kemampuan diluar batas, kemanusian, pembelaan Allah,
karena kesolehan dan kezuhudannya).
BAB II
SUNAN KUDUS JA’FAR SHODIQ
A.
Apa dan Siapa Sunan Kudus
Segaimana kita ketahui bahwa Sunan Kudus melakukan penyiaran dan penyebaran
agama islam di seluruh jawa dan yang menjadi daerah operasinya para wali songa
adalah daerah pesisir utara, yaitu ; Gresik, Tuban, Ampel (Surabaya) dan
Cirebon. Sunan Kudus melapori penyiaran agama islam di sekitar Jawa Tengah,
khususnya di sebelah utara.
Ketika Sunan
Kudus memimpin rombongan jamaah haji, beliau mendapat gelar julukan Raden Amir
Haji. Sunan Kudus adalah adik ipar dari Sunan Muria (Raden Umar Said) Raden
Umar Said menikahi dengan kakak kandung Sunan Kudus yang bernama Dewi Sajinah.
Nama Sunan Kudus adalah Ja’far Shadiq dan nama kecil neliau adalah Raden
Undung. Beliau adalah Putera Raden
Usman Haji yang bergelar sebagai Sunan Ngundung di Jipang Panahan. Tempat
tersebut terletak di sebelah utara Blora. Nama Ja’far Shadiq mengingatkan kita
kepada nama dari seorang Imam Syiah yaitu Imamiyah atau Istina Asyariyah,
beliau adalah Imam Syiah yang ke enam.
B.
Silsilah Sunan Kudus
Sebenarnya mengenai silsislah dari Sunan Kudus, belumlah dapat dikemukakan,
karena dari sumber satu dengan sumber lainnya berbeda. Menurut silsislah, Sunan
Kudus pernah menikahi dua kali. Beliau menikahi dengan Dewi Rukhil, yaitu
puteri dari Makdum Ibrahim laki-laki yang diberi nama Amir Hasan. Beliau dikabarkan memperoleh delapan orang putera, setelah menikahi dengan
puteri dari pangeran tanda terang.
Suatu bukti
yang menyatakan bahwa pernah ada pengaruh dari dalam syi’ah yang hidup di
daerah Kudus dan dugaan itu kemuduan di perkuat dengan kenyataan bahwa
tiap-tiap tahun pada tanggal 10 Asyura, di kudus di adakan upacara penggantin
kelambu makam dari Sunan Kudus.:
Upacara
mengantikan kelqmbu tersebut, dimakamkan ”Buka Pengantin. Padahal dalam dunia
syiah pada tanggal 10 syuro itu diperingati hari wafatnya sayyidina Husain.
Cucu nabi Muhammad yang mati dalam perang melawan bangsa Umayyah dekat karbela.
Dan kemungkinan
silsilah ja’far Shadiq adalah pengambil alih lagi karena adanya nama Ja’far
Shadiq di maluku. Mbah kyai telingsing adalah seorang tokoh tua di kota Kudus.
Sebelum adanya Sunan Kudus dan beliaulah yang menyerahkan dan mempercayakan
kota Kudus kepada Ja’far Shadiq. Hingga menjadi kota yang besar dan seramai
sekarang.
C.
Sejarah Sunan Kudus
Dalam sejarah Sunan kudus adalah salah seorang wali dari kesembilan wali
yang telah menyiarkan agama islam di pantai utara Jawa Tengah. Di dalam sejarah
islam di Demak, terkenal pula nama Pati Unus atau Adipati Anus, yang
menggantikan kedudukan sebagai Sultan Demak II, sesudah wafatnya Raden Patah.
Adipati Anus atu yng jug disebut pangeran seberang lor pada tahun islam, telah
dapat menguasai Jepara, serta menjandikan Jepara sebagai pangkalan militer.
Jepara diperkuat dan dikerahkan kapal-kapal besar yang berdiri pada tahun 1513
M. Sunan Kudus juga menjadi sinopati dari kerajaan Bintoro Demak yang
setiapsaat siap sedia berkorban untuk membela keselamatan negara Demak. Beliau
juga memegang kendali pemerintah di daerah Kudus.
Sunan Kudus adalah seorang ulama dan guru besar yang mengajarkan ilmu agama
terutama Ilmu Fiqih. Sunan Kudus dikalangan msyarakat setempat terkenal dengan
keahlimanya, yaitu seribu satu cara tentang kesaktiannya menyembuhkan segala
penyakit, dan diantara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai
”Waliyatul Ilmu”. Disamping berjuang memanggul senjata, beliau juga seorang
pujangga yang berinisiatif mengarang riwayat-riwayat pondok yang berisi
filsafat serta berjiwa agama yang dikenal dengan ”Gading maskumambang dan
Mijil”.
D.
Cerita Sekitar Menara
Menara kudus
pada pada zaman dulu adalah tempat pembakaran mayat para raja-raja atau kaum
bangsawan. Dan di bawah menara terdapat sebuah kawah tempat pembuangan atau
penyimpanan abu para nenek moyang kita. Di dalam Candi bisanya terdapat semacam
sumur kecil yang lambangnya berbentuk segi empat, dimana para ahli mendapatkan
kotak kecil yang berisi abu (bekas pembakaran mayat) dan barang kecil-kecil
lainnya. Seperti perluasan , barang logam mulia, barang permata dan sebagainya.
Menara kudus
itu merupakan bekas Candi orang Hindu. Karena bentuknya hampir mirip dengan
Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang di dirikan kira-kira tahun 1250
dan mirip juga dengan Candi Singosari. Dibawah menara kudus, dahulu terdapat sumber kembar (mata air). Sumber
kembar itu memancarkan air hidup. Mata air tersebut kemudian di tutup oleh para
wali, dan diatasnya di dirikanlah atau di pakai sebagai menara masjid. Karena
jika tidak, katanya dapat merusak I’tikaad orang.
Menara kudus adalah buatan para wali dengan bantuan tenaga ahli dari India
yang di beri bentuk yang disesuaikan dengan adapt istiadat serta kepercayaan
masyarakat yang hidup di kala itu dengan di beri jiwa baru (Islam).
Bangunan menara kudus terdiri
dari 3 bagian :
1) Kaki
2) Badan, dan
3) Puncak bangunan
Menara kudus
mempunyai luas dengan luasan yang menyerupai bukit kecil yang di buat batu
bakar (terro cotta). Bangunan menara kudus ini tingginya kira-kira 17 meter dan
umur menara kudus ditksirkan di antara 5 atau 6 abad.
BAB III
BENDA-BENDA PENINGGALAN
SUNAN KUDUS
A.
Masjid Kuno Kudus
Masjid kuno
kudusdi beri nama Baitul Makdis atau Masjidil Aqsa atau Al – Manar. Masjid
tersebut telah mengalami berkali-kali pembongkaran dan perbaikan, sehingga
bentuknya yang asli tidak dikenal lagi. Masjid kuno di Kudus di dirikan oleh
Ja’far Shadiq tahun 956 H, bertepatan dengan tahun 1549 M.
Lawang
kembar berada pada bagian serambi dengan masjid. Di atas serambi di bangun pula
Qubbah yang besar. Bentuk Qubbahnya menggunakan style bangunan di India. Di
atas puncak masjid (mustaka) terbuat dari emas yang bertangkai kaca yaitu
masjid kuno kudus. Bukan mustakanya yang terbuat
dari emas, melainkan bagian atas dari mustaka tersebut di hiasi dengan emas.
B.
Menara Masjid Kudus
Kata menara
berasal dari bahasa arab “Manarah” yang berarti tempat menaruh cahaya di atas
(mercusuar) dan kata menara menjadi ”Al Manar” tempat cahaya. Nama sekarang
digunakan sebagai tempat muadzin untuk beradzan menyeru orang islam untuk
shalat. Bentuk menara kudus adalah beda dengan bentuk menara masjid lainnya
dikarenakan bentuk bangunannya jelas menunjukkan adanya pengaruh seni bangunan
zaman pre – islam.
Di tiang
atap menara kudus terdapat sebuah candra sengkala yang berbunyi : “Gapura rusak
awahing Joga” maka dapatlah di ambil kesimpulan, bahwa angka tahun yang
disembunyikan oleh candra sengkala ini menunjukkkan tahun jawa 1609 atau
bertepatan dengan tahun masehi 1685, menara kudus berasal dari abad 16.
Menurut
Prof. Soetjipto, kaki menara disesuaikan dengan bentuk candi pada zaman
pre-islam, yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu ; kaki menara, badan kaki
menara, dan puncak kaki menara. Bidang penghias di atas badan kaki menara di
hias dengan hiasan dekoratif atau yang berbentuk ornament geometric, yang
berupa hiasan segi empat yang masing-masing ujung kiri dan kanan disambung
dengan hiasan yang berbentuk segitiga.
Bentuk
bangunan menara kudus, mirip dengan Candi Jago (Jayaghu), makam raja Wisnu
Wardhana dididrikan antara tahun 1275-1300 M, di dekat Malang (Jatim). Mustaka
dari menara, pada tahun 1947 pernah di sambar petir, diganti dengan bahan dari
Zink dan tangga menara bagian dalam terbuat dari kayu jati terdapat angka tahun
1313 H.
C.
Gapura-gapura
Pada
kompleks masjid, menara dan makam Sunan Kuduas terdapat bangunan banyak
gapura-gapura. Di dalam masjid sendiri kita dapati 2 buah gapura kari agung di
bagian dalam agak kecil bentuknya di bandingkan yang diluar, demikian pula di
kanan kiri dari gapura tersebut terdapat hiasan dinding yang sejenis dengan
hiasan (relief0 yang dapat kita lihat di masjid mantingan Jepara di serambi
depan juga ada sebuah gapura agung yang bentuknya mirip dengan bajang ratu di
Jawa Timur.
Di sebelah
timur dari gapura ini (lazim disebut masyarakat sekitar) dengan nama “lawang
kembar” dan terdapat inskripsi oleh dalam tulisan dan bahasa arab, yang
terjemahnya berbunyi “Tahun Hijriyah seribu dua ratus lima belas (1215) pada
hari senin bulan haji tahun dan pada zaman penghulu tembau : Haji.
Sedangkan
sebelah barat gapura lawang kembar ini kita dapati inskripsi dalam tulisan
bahasa jawa yang berbuyi “kejabinangun jeningipun lanjengipun rahaden tunenggun
panji haryo panegaran sineng kalan pandito karrno wulanganing jaimu 1727. Di
sebelah utara masjid juga terdapat gapura, demikian pula di depan serambi serta
di sampingnya. Gapuranya berbentuk candi bentar (gespieten poort), di depan
menara sebelah timur terdapat dua buah gapuara beratap tapi tidak berpintu.
Di pinggir
jalan menuju ke tajug dan makam terdapat sebuah gapura kori agung, kemudian dii
depan tajug terdapat sebuah gapura candi bentar dan kori agung, dan di sebelah
utara tajug serba di ambang pintu makam sunan kudus terdapat gapura kori agung.
D. Makam Sunan
Kudus
Di sebelah
barat dari masjid kuno kudus terletak makam sunan kudus , di pintu makam sunan
kudus, terukir dengan kalimat asmaul khusna, serta berangka tahun 1895 Jawa
atau 1296 Hijriyah : 1878 M.
Bentuk maesan
makam sunan kudus sama seperti bentuk maesan pada makam-makam wali di demak,
demikian pula dengan hiasannya. Di luar makam sunan kudus, dan di sekelilingnya
terdapat makam para wali sanga lainnya.
Makam sunan
kudus diatas terdapat mustaka yang sama seperti terdapat pada masjid di
sampingnya.
Di depan pintu
makam sunan kudus terdapat sebuah kursi model portugis, dan ada sebuah tasbih
besar yang terbuat dari kakyu jati yang panjangnya ada 9 meter.
Dan di tajug
tersimpan sebilah keris pusaka milik kanjeng sunan kudus, keris itu namanya
“ciptaka atau cintaka’ yang artinya adalah “barang siapa yang di cipta maka
akan terwujud, dan barang siapa di cinta akan datang”
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah
penulis menguraikan dan memahami dalam penyusunan karya tulis ini akhirnya
penulis bisa mengambil kesimpulan sebagai berikut :
4. Dalam
penyebaran agama islam, sunan kudus adalah sunan yang paling terkenal di pulau
jawa.
5. Sunan kudus
terkenal sebagai tokoh yang sangat sakti, karena kesaktiannya, beliau bisa
menyembuhkan segala penyakit.
6. Sunan kudus masih dalam garis
keturunan wali sanga lainnya.
B. SARAN-SARAN
Dalam menyusun
karya tulis ini penulis mengemukakan saran-sarannya sebagai berikut :
1. Sebaiknya kita membaca buku-buku
tentang sunan kudus karena pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya.
2. Sekarang Islam sudah tersiar ke
seluruh Indonesia, dan menjadi tugas para mubaligh untuk melanjutkan dakwah
para wali.
C. KATA PENUTUP
Karya tulis
ini ddisusun dengan sebaik-baiknya, namunn penulis menyadari kesalahan atau
kekurangan, karena terbatasnya kemampuan untuk menyadari data, maka saran dan
kritik dari pendorong penyusun karya tulis ini,saya harapkan kesempurnaan
laporannya.
Penulis
berharap semoga laporan karya tulis ini yang saya susun berguna bagi
teman-teman dan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
- Depag RI, 1978. Al-Qur’an
dan terjemahnya, yayasan penyelenggaraan dan peterjemah Al-Qur’an,
perbaikan dan penyempurnaan oleh Lajnah pentashih mushaf Al-Qur’an
departemen agama RI, Semarang.
- Salam Solichin, 1960. Ja’far
Shodiq Sunan Kudus, kudus; menara kudus
- Soejipto wirjo soeparto,
1961. Sejarah Menara Masjid Kudus, majalah fajar no. 23/tahun III