Sabtu, 03 November 2012


                                    MAKALAH SUNAN MURIA
I.PENDAHULUAN
Islam dalam penyebarannya ke Indonesia khususnya ke Jawa, tidak begitu saja, tetapi ini melalui jalan-jalan yang sangat sulit sekali. Para wali khususnya Sunan bonang menempuh jalan memasukkan ajaran Islam kepada rakyat di tanah Jawa
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
II.PEMBAHASAN
A.bagaimana asal usul sunan muria?
b.bagaimana kesaktian sunan muria?
c.bagaiman sejarah dakwah sunan muria?


C.PEMBAHASAN
a.asal usul sunan muria
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said. Seperti ayahnya,  dalam  berdakwah  beliau  menggunakan  cara  halus,  ibarat  mengambil  ikan  tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria.

Tempat tinggal beliau di gunung Muria yang salah satu puncaknya bernama Colo.
Letaknya di sebelah utara kota Kudus. Menurut Solichim Salam, sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliaulah satu-satunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanti.
2. Sakti Mandraguna

Bahwa Sunan Muria itu adalah Wali yang sakti, kuatfisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak diatas gunung . Menurut pengalaman penulis jarak antara kaki undag-undagan atau tangga dari bawah bukit sampai kemakam Sunan Muria (tidak kurang dari750 M).

Bayangkanlah, jika Sunan Muria dan istrinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik-turun, turun-naik guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat ,atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat. Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus jalan kaki. Itu berarti Sunan Muria memiliki kesaktian tinggi, demikian pula murid-muridnya.
 c.sejarah dakwah sunan muria
Sunan Muria mencerminkan seorang sufi yang zuhud, yang memandang dunia ini sangat kecil. Oleh karena itu ia tidak silau terhadapnya. Tugasnya sehari hari mengasuh dan mendidik para santri yang hendak menyelami ilmu tasawuf, didampingi oleh putranya Raden Santri. Seperti halnya sufi sufi lain, Sunan Muria mencerminkan pribadi yang menempatkan para cintanya kepada Alloh (hubbulloh) diatas segala galanya. Sepanjang hidupnya hanyalah untuk memuja dan memuji Alloh. Ia melihat sekeliling dengan empat mata: dua mata di kepala untuk melihat dunia di sekitarnya dan dua mata di hatinya untuk melihat kebenaran dan kemuliaan. Cahaya pandangannya senantiasa jauh menembus ke alam yang terjangkau oleh akal pikiran, kepada Alloh senantiasa memohonkan:
"Ya Tuhan beri aku nur (cahaya) dan tambahkan cahaya itu. Beri aku cahaya di hati, di telinga, di mata, di rambut, daging dan tulang, bahkan di tiap butiran darah serta sel sel syaraf sekalipun".

Sunan Muria juga mengajarkan tata krama dzikir. Di bawah bimbingan tasawuf Sunan Muria, orang orang membenamkan diri untuk dzikir kepada Alloh. Hatinya senantiasa ingat kepada Alloh sambil di lisankan oleh bibirnya yang tak pernah kering mengucapkan kalimat Thoyyibah dan kalimat Risalah:
"La Ilaha Illa Alloh Muhammadur Rosululloh".
Tangannya tak henti menghitung butiran-butiran tasbih kadang di iringi goyangan lirih badannya dari kanan ke kiri sebanyak hitungan dzikir yang dilisankan dengan suasana pelan dan syahdu. Demikianlah tata krama yang diajarkan oleh Sunan Muria dan wali wali yang lain.

Sunan Muria, sebagaimana sufi sufi lainnya, selama mendambakan kerinduan hatinya akan memperoleh keridhoan Alloh. Demikianlah, maka seperti halnya para sufi al-Mutahabbun yang lain, Sunan Muria bersama sama santrinya mengisi hari harinya yang lengan di Tanjung Jepara yang terpencil dari keramaian duniawi untuk berdzikir dan berdoa pagi hingga malam sepanjang hari sepanjang bulan dengan tidak meninggalkan ibadah yang lain serta hak hak manusiawi yang hidup dalam masyarakat.
IV.KESIMPULAN














SUMBER; http://cicik.staf.narotama.ac.id/2012/02/08/sunan-muria-atau-raden-umar-said-atau-raden-said/



MAKALAH SUNAN KUDUS JA’FAR SHODIQ

BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini meliputi : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metodelogi dan Sistematika
BAB II PEMBAHASAN TENTANG SUNAN KUDUS
Pada Bab ini meliputi : Apa dan siapa Sunan Kudus, silsilah Sunan Kudus, jarah Sunan Kudus, cerita menara.
BAB III PENINGGALAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SUNAN KUDUS
Pada bab ini meliputi : masjid kuno kudus, menara kudus, gapura-gapura, makam sunan kudus
BAB IV PENUTUP
Pada Bab ini meliputi : Kesimpulan, Saran-Saran dan Penutup

BAB I
           PENDAHULUAN
                              A.       Latar Belakang
Ja’far Shadiq adalah salah satu tokoh ulama terkenal di Indonesia dalam perkembangan dan penyebaran agama islam, terutama dalam mengajarkan ilmu fiqih. Yang menjadi daerah operasinya adalah daerah pesisir utara, yaitu : Gresik, Tuban, Ampel (Surabaya), Cirebon dan Banten. Sunan Kudus adalah salah satu anggota wali songo, dan diantara kesembilan wali, hanya beliaulah yang terkena sebagi “wali ilmu”, beliau juga menjadi imam syiah yang ke enam.
Tiap tahun atau pada tanggal 10 asyura, di Kudus diadakan upacara penggantian kelambu makam Sunan Kudus yang disebut dengan “Buka Luwur” dan perlu kita perhatikan bahwa ada perbedaan cirri-ciri khusus di antara daerah satu dengan lainnya. Pendidikan dan tingkah laku, para pedagang-pedagang secara perseorangan meluas dan semarak seperti perkembangan islamdi dunia. Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus, memiliki banyak karomah (kemampuan diluar batas, kemanusian, pembelaan Allah, karena kesolehan dan kezuhudannya).

BAB II
SUNAN KUDUS JA’FAR SHODIQ

                              A.       Apa dan Siapa Sunan Kudus
Segaimana kita ketahui bahwa Sunan Kudus melakukan penyiaran dan penyebaran agama islam di seluruh jawa dan yang menjadi daerah operasinya para wali songa adalah daerah pesisir utara, yaitu ; Gresik, Tuban, Ampel (Surabaya) dan Cirebon. Sunan Kudus melapori penyiaran agama islam di sekitar Jawa Tengah, khususnya di sebelah utara.
Ketika Sunan Kudus memimpin rombongan jamaah haji, beliau mendapat gelar julukan Raden Amir Haji. Sunan Kudus adalah adik ipar dari Sunan Muria (Raden Umar Said) Raden Umar Said menikahi dengan kakak kandung Sunan Kudus yang bernama Dewi Sajinah. Nama Sunan Kudus adalah Ja’far Shadiq dan nama kecil neliau adalah Raden Undung. Beliau adalah Putera Raden Usman Haji yang bergelar sebagai Sunan Ngundung di Jipang Panahan. Tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora. Nama Ja’far Shadiq mengingatkan kita kepada nama dari seorang Imam Syiah yaitu Imamiyah atau Istina Asyariyah, beliau adalah Imam Syiah yang ke enam.

                              B.        Silsilah Sunan Kudus
Sebenarnya mengenai silsislah dari Sunan Kudus, belumlah dapat dikemukakan, karena dari sumber satu dengan sumber lainnya berbeda. Menurut silsislah, Sunan Kudus pernah menikahi dua kali. Beliau menikahi dengan Dewi Rukhil, yaitu puteri dari Makdum Ibrahim laki-laki yang diberi nama Amir Hasan. Beliau dikabarkan memperoleh delapan orang putera, setelah menikahi dengan puteri dari pangeran tanda terang. 
Suatu bukti yang menyatakan bahwa pernah ada pengaruh dari dalam syi’ah yang hidup di daerah Kudus dan dugaan itu kemuduan di perkuat dengan kenyataan bahwa tiap-tiap tahun pada tanggal 10 Asyura, di kudus di adakan upacara penggantin kelambu makam dari Sunan Kudus.:
Upacara mengantikan kelqmbu tersebut, dimakamkan ”Buka Pengantin. Padahal dalam dunia syiah pada tanggal 10 syuro itu diperingati hari wafatnya sayyidina Husain. Cucu nabi Muhammad yang mati dalam perang melawan bangsa Umayyah dekat karbela.
Dan kemungkinan silsilah ja’far Shadiq adalah pengambil alih lagi karena adanya nama Ja’far Shadiq di maluku. Mbah kyai telingsing adalah seorang tokoh tua di kota Kudus. Sebelum adanya Sunan Kudus dan beliaulah yang menyerahkan dan mempercayakan kota Kudus kepada Ja’far Shadiq. Hingga menjadi kota yang besar dan seramai sekarang.


                              C.        Sejarah Sunan Kudus
Dalam sejarah Sunan kudus adalah salah seorang wali dari kesembilan wali yang telah menyiarkan agama islam di pantai utara Jawa Tengah. Di dalam sejarah islam di Demak, terkenal pula nama Pati Unus atau Adipati Anus, yang menggantikan kedudukan sebagai Sultan Demak II, sesudah wafatnya Raden Patah. Adipati Anus atu yng jug disebut pangeran seberang lor pada tahun islam, telah dapat menguasai Jepara, serta menjandikan Jepara sebagai pangkalan militer. Jepara diperkuat dan dikerahkan kapal-kapal besar yang berdiri pada tahun 1513 M. Sunan Kudus juga menjadi sinopati dari kerajaan Bintoro Demak yang setiapsaat siap sedia berkorban untuk membela keselamatan negara Demak. Beliau juga memegang kendali pemerintah di daerah Kudus.
Sunan Kudus adalah seorang ulama dan guru besar yang mengajarkan ilmu agama terutama Ilmu Fiqih. Sunan Kudus dikalangan msyarakat setempat terkenal dengan keahlimanya, yaitu seribu satu cara tentang kesaktiannya menyembuhkan segala penyakit, dan diantara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai ”Waliyatul Ilmu”. Disamping berjuang memanggul senjata, beliau juga seorang pujangga yang berinisiatif mengarang riwayat-riwayat pondok yang berisi filsafat serta berjiwa agama yang dikenal dengan ”Gading maskumambang dan Mijil”.


                              D.       Cerita Sekitar Menara
Menara kudus pada pada zaman dulu adalah tempat pembakaran mayat para raja-raja atau kaum bangsawan. Dan di bawah menara terdapat sebuah kawah tempat pembuangan atau penyimpanan abu para nenek moyang kita. Di dalam Candi bisanya terdapat semacam sumur kecil yang lambangnya berbentuk segi empat, dimana para ahli mendapatkan kotak kecil yang berisi abu (bekas pembakaran mayat) dan barang kecil-kecil lainnya. Seperti perluasan , barang logam mulia, barang permata dan sebagainya.
Menara kudus itu merupakan bekas Candi orang Hindu. Karena bentuknya hampir mirip dengan Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang di dirikan kira-kira tahun 1250 dan mirip juga dengan Candi Singosari. Dibawah menara kudus, dahulu terdapat sumber kembar (mata air). Sumber kembar itu memancarkan air hidup. Mata air tersebut kemudian di tutup oleh para wali, dan diatasnya di dirikanlah atau di pakai sebagai menara masjid. Karena jika tidak, katanya dapat merusak I’tikaad orang.
Menara kudus adalah buatan para wali dengan bantuan tenaga ahli dari India yang di beri bentuk yang disesuaikan dengan adapt istiadat serta kepercayaan masyarakat yang hidup di kala itu dengan di beri jiwa baru (Islam).
Bangunan menara kudus terdiri dari 3 bagian :
       1)    Kaki
       2)    Badan, dan
       3)    Puncak bangunan
Menara kudus mempunyai luas dengan luasan yang menyerupai bukit kecil yang di buat batu bakar (terro cotta). Bangunan menara kudus ini tingginya kira-kira 17 meter dan umur menara kudus ditksirkan di antara 5 atau 6 abad.

BAB III
BENDA-BENDA PENINGGALAN
SUNAN KUDUS

                        A.       Masjid Kuno Kudus
Masjid kuno kudusdi beri nama Baitul Makdis atau Masjidil Aqsa atau Al – Manar. Masjid tersebut telah mengalami berkali-kali pembongkaran dan perbaikan, sehingga bentuknya yang asli tidak dikenal lagi. Masjid kuno di Kudus di dirikan oleh Ja’far Shadiq tahun 956 H, bertepatan dengan tahun 1549 M.
Lawang kembar berada pada bagian serambi dengan masjid. Di atas serambi di bangun pula Qubbah yang besar. Bentuk Qubbahnya menggunakan style bangunan di India. Di atas puncak masjid (mustaka) terbuat dari emas yang bertangkai kaca yaitu masjid kuno kudus. Bukan mustakanya yang terbuat dari emas, melainkan bagian atas dari mustaka tersebut di hiasi dengan emas.

                        B.        Menara Masjid Kudus
Kata menara berasal dari bahasa arab “Manarah” yang berarti tempat menaruh cahaya di atas (mercusuar) dan kata menara menjadi ”Al Manar” tempat cahaya. Nama sekarang digunakan sebagai tempat muadzin untuk beradzan menyeru orang islam untuk shalat. Bentuk menara kudus adalah beda dengan bentuk menara masjid lainnya dikarenakan bentuk bangunannya jelas menunjukkan adanya pengaruh seni bangunan zaman pre – islam.
Di tiang atap menara kudus terdapat sebuah candra sengkala yang berbunyi : “Gapura rusak awahing Joga” maka dapatlah di ambil kesimpulan, bahwa angka tahun yang disembunyikan oleh candra sengkala ini menunjukkkan tahun jawa 1609 atau bertepatan dengan tahun masehi 1685, menara kudus berasal dari abad 16.
Menurut Prof. Soetjipto, kaki menara disesuaikan dengan bentuk candi pada zaman pre-islam, yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu ; kaki menara, badan kaki menara, dan puncak kaki menara. Bidang penghias di atas badan kaki menara di hias dengan hiasan dekoratif atau yang berbentuk ornament geometric, yang berupa hiasan segi empat yang masing-masing ujung kiri dan kanan disambung dengan hiasan yang berbentuk segitiga.
Bentuk bangunan menara kudus, mirip dengan Candi Jago (Jayaghu), makam raja Wisnu Wardhana dididrikan antara tahun 1275-1300 M, di dekat Malang (Jatim). Mustaka dari menara, pada tahun 1947 pernah di sambar petir, diganti dengan bahan dari Zink dan tangga menara bagian dalam terbuat dari kayu jati terdapat angka tahun 1313 H.

                        C.        Gapura-gapura
Pada kompleks masjid, menara dan makam Sunan Kuduas terdapat bangunan banyak gapura-gapura. Di dalam masjid sendiri kita dapati 2 buah gapura kari agung di bagian dalam agak kecil bentuknya di bandingkan yang diluar, demikian pula di kanan kiri dari gapura tersebut terdapat hiasan dinding yang sejenis dengan hiasan (relief0 yang dapat kita lihat di masjid mantingan Jepara di serambi depan juga ada sebuah gapura agung yang bentuknya mirip dengan bajang ratu di Jawa Timur.
Di sebelah timur dari gapura ini (lazim disebut masyarakat sekitar) dengan nama “lawang kembar” dan terdapat inskripsi oleh dalam tulisan dan bahasa arab, yang terjemahnya berbunyi “Tahun Hijriyah seribu dua ratus lima belas (1215) pada hari senin bulan haji tahun dan pada zaman penghulu tembau : Haji.
Sedangkan sebelah barat gapura lawang kembar ini kita dapati inskripsi dalam tulisan bahasa jawa yang berbuyi “kejabinangun jeningipun lanjengipun rahaden tunenggun panji haryo panegaran sineng kalan pandito karrno wulanganing jaimu 1727. Di sebelah utara masjid juga terdapat gapura, demikian pula di depan serambi serta di sampingnya. Gapuranya berbentuk candi bentar (gespieten poort), di depan menara sebelah timur terdapat dua buah gapuara beratap tapi tidak berpintu.
Di pinggir jalan menuju ke tajug dan makam terdapat sebuah gapura kori agung, kemudian dii depan tajug terdapat sebuah gapura candi bentar dan kori agung, dan di sebelah utara tajug serba di ambang pintu makam sunan kudus terdapat gapura kori agung.

       D.      Makam Sunan Kudus
Di sebelah barat dari masjid kuno kudus terletak makam sunan kudus , di pintu makam sunan kudus, terukir dengan kalimat asmaul khusna, serta berangka tahun 1895 Jawa atau 1296 Hijriyah : 1878 M.
Bentuk maesan makam sunan kudus sama seperti bentuk maesan pada makam-makam wali di demak, demikian pula dengan hiasannya. Di luar makam sunan kudus, dan di sekelilingnya terdapat makam para wali sanga lainnya.
Makam sunan kudus diatas terdapat mustaka yang sama seperti terdapat pada masjid di sampingnya.
Di depan pintu makam sunan kudus terdapat sebuah kursi model portugis, dan ada sebuah tasbih besar yang terbuat dari kakyu jati yang panjangnya ada 9 meter.
Dan di tajug tersimpan sebilah keris pusaka milik kanjeng sunan kudus, keris itu namanya “ciptaka atau cintaka’ yang artinya adalah “barang siapa yang di cipta maka akan terwujud, dan barang siapa di cinta akan datang”

                                                                    BAB IV
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Setelah penulis menguraikan dan memahami dalam penyusunan karya tulis ini akhirnya penulis bisa mengambil kesimpulan sebagai berikut :
     4.    Dalam penyebaran agama islam, sunan kudus adalah sunan yang paling terkenal di pulau jawa.
     5.    Sunan kudus terkenal sebagai tokoh yang sangat sakti, karena kesaktiannya, beliau bisa menyembuhkan segala penyakit.
     6.    Sunan kudus masih dalam garis keturunan wali sanga lainnya.

B.       SARAN-SARAN
Dalam menyusun karya tulis ini penulis mengemukakan saran-sarannya sebagai berikut :
1.    Sebaiknya kita membaca buku-buku tentang sunan kudus karena pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya.
2.    Sekarang Islam sudah tersiar ke seluruh Indonesia, dan menjadi tugas para mubaligh untuk melanjutkan dakwah para wali.

C.       KATA PENUTUP
Karya tulis ini ddisusun dengan sebaik-baiknya, namunn penulis menyadari kesalahan atau kekurangan, karena terbatasnya kemampuan untuk menyadari data, maka saran dan kritik dari pendorong penyusun karya tulis ini,saya harapkan kesempurnaan laporannya.
Penulis berharap semoga laporan karya tulis ini yang saya susun berguna bagi teman-teman dan bagi para pembaca.




DAFTAR PUSTAKA

  • Depag RI, 1978. Al-Qur’an dan terjemahnya, yayasan penyelenggaraan dan peterjemah Al-Qur’an, perbaikan dan penyempurnaan oleh Lajnah pentashih mushaf Al-Qur’an departemen agama RI, Semarang.
  • Salam Solichin, 1960. Ja’far Shodiq Sunan Kudus, kudus; menara kudus
  • Soejipto wirjo soeparto, 1961. Sejarah Menara Masjid Kudus, majalah fajar no. 23/tahun III