KAJIAN ILMU KULHU SUNGSANG
Ilmu Gaib Untuk Menangkis Serangan Santet
Dalam
khasanah ilmu gaib ada ajian yang berfungsi untuk menghadapi makhluk
halus, sihir, santet dan sejenisnya. Ilmu ini sangat kondang didunia
mistik Jawa dan sangat ampuh untuk menaklukan makhluk halus. Ada 4 jenis
ilmu yang serupa dengan rapal yang berbeda, namun memiliki kesamaan
nama depan yang diawali dengan “KULHU”. Salah satunya adalah yang
bernama KULHU SUNGSANG. Bunyi manteranya sebagai berikut.
“Kulhu Sungsang, Rajah Iman, Kudungku malaikat Jibril, Tekenku Nabi Muhammad Rasuulullah Shollallahu ngalaihi wasallam.”
Namun ritual
untuk mendapatkan ilmu gaib ini cukup susah, yaitu dengan menjalani
Patigeni selama 3 hari. Yang dimulai dihari Selasa Kliwon. Ritual
patigeni adalah mengurung diri dalam ruangan yang sangat gelap gulita,
tidak boleh makan, minum dan tidak boleh tidur.
Di mimbar ini saya tidak bermaksud untuk mengajarkannya kepada pembaca, namun hanya ingin mengajak mengkaji Ilmu legendaris ini.
Ajian Kulhu
Sungsang merupakan warisan dari Wali Allah yang ketika itu mengalahkan
panglima jin dipulau Jawa. Yang keilmuannya diambil dari Ayat 1 Surat
Al-Ikhlas, kemudian dilanjutkan dengan doa dalam bahasa Jawa. Jadi Ajian
Kulhu Sungsang bisa dikategorikan sebagai hizb, hanya saja formatnya
dalam bahasa Jawa.
Riwayat ILMU KULHU SUNGSANG
Alkisah
riwayat ilmu Kulhu Sungsang ini lahir ketika jaman wali songo. Saat itu
pengaruh hal-hal yang bersifat ghaib sangat kental dikehidupan
masyarakat Jawa (kejadiannya tepatnya didaerah Jawa Timur – menurut
penelitian saya). Makhluk halus sangat diagung-agungkan, hingga
seolah-olah manusia dibawah kendali para JIN. Akhirnya terjadilah
berbagai macam bentuk pemujaan yang dilakukan masyarakat kepada makhluk
halus, karena begitu takutnya dengan pengaruh ghaib ini.
Kemudian
muncullah salah satu tokoh dari Wali Songo. Ada yang meriwayatkan beliau
adalah Sunan Ampel, tapi ada juga yang mengkisahkan beliau adalah Sunan
Bonang (putra Sunan Ampel). Yang bermaksud menghentikan semua ulah para
makhluk halus tersebut.
Singkat
cerita lalu terjadilah peperangan antara Sunan dengan Panglima JIN yang
menguasai tanah Jawa. Dan dimenangkan oleh sang Sunan. Ilmu yg digunakan
oleh Sunan adalah berlandaskan ilmu Tauhid (mengesakan Tuhan – Surat Al
Ikhlas). Kemudian dibuatlah semacam perjanjian yang intinya adalah bila
ada anak turun Sunan yang membaca potongan Qulhu (yang kemudian dikenal
sbg macam-macam ajian KULHU) maka para Jin dan kawan-kawannya di tanah
Jawa harus segera menghentikan seluruh aktivitasnya mengganggu orang
tersebut.
Maka sejak saat itulah ilmu Kulhu Sungsang dikenal sebagai ilmu yg efektif untuk mengusir Jin, khususnya di tanah Jawa ini.
Makna ILMU KULHU SUNGSANG
“Kulhu Sungsang, Rajah Iman, Kudungku malaikat Jibril, Tekenku Nabi Muhammad Rasuulullah Shollallahu ngalaihi wasallam.”
“Kulhu Sungsang”
merupakan bacaan niat sebagai penekanan Sugesti diri sebelum membaca
keseluruhan ajian Kulhu Sungsang ini. Seperti halnya dalam ajian-ajian
lain, misalnya diawali membaca “Sun Amatek Aji…” atau “Niat Ingsun matek ajiku…” dan sejenisnya.
Disini makna
dari “kulhu sungsang” adalah ilmu gaib yang mengakibatkan segala bentuk
kejahatan magis seperti santet, semakin terhijab (tertutup) dan
terjungkir sasarannya dari orang yang hendak dituju. Artinya ilmu Kulhu
Sungsang sejatinya bukan untuk mengembalikan santet agar berbalik
menghantam kepada orang yang menyantet. Tidak seperti yang telah
dipahami masyarakat selama ini. Jika ingin bermaksud mengembalikan
santet, maka ada ilmu tersendiri yaitu Kulhu Buntet atau lebih dikenal
dengan sebutan Aji TanggulBalik.
“Rajah Iman”: Rajah
bisa diartikan tulisan-tulisan yang dijadikan sebagai piranti /
prasarana / media dalam ilmu-ilmu gaib. Jadi “rajah iman” bermakna: yang
dijadikan sebagai piranti gaib dari sang pemilik ilmu Kulhu Sungsang
adalah IMAN. Keimanan kepada siapa? Tentunya kepada Gusti Allah SWT.
Karena pada hakekatnya “tiada daya dan kekuatan kecuali pada Allah”.
Tapi daya dan kekuatan itu telah dijadikan kodrat bagi makhluk-NYA. Dan
seperti kita ketahui, makhluk-makhlukNYA (malaikat, jin, manusia, bahkan
alam semesta) mewujudkan daya dan kekuatan dari Tuhan itu dalam bentuk
yang berbeda-beda.
Daya-daya
siapa sajakah yang dihadirkan dalam ilmu Kulhu Sungsang ini? Maka
diterangkan dalam rapal mantera berikutnya, dengan bacaan: “kudungku Malaikat Jibril”.
“Kudung”
atau bahasa lainnya “kerudung” adalah sesuatu yang digunakan untuk
menyelimuti bagian badan (biasanya dipakai dikepala). Disini penggunaan
kata “kudung” lebih berarti menyelimuti seluruh badan sang pemilik ilmu
Kulhu Sungsang. Jadi bukan menyelimuti sebagian badan atau kepala saja,
tapi seluruhnya.
Hal ini sesuai dengan budaya bahasa mantera di Jawa. Tengoklah seperti dalam Ajian WEWE PUTIH yang berbunyi: “…kudungono mego mendhong cat tan katon…”
Ajian Wewe Putih adalah ajian yang membuat badan pemiliknya jadi samar /
tidak kelihatan oleh musuh. Kata “kudungono” dalam rapal mantera itu
berarti menyelimuti seluruh tubuh. Tidak hanya kepala saja yang tak
kelihatan (menghilang) tapi seluruh tubuhnya. Itu artinya penggunaan
kata “kudung” dalam mantera Jawa bermakna menyelimuti seluruh tubuh.
Kudung dapat
berupa kain, daun, plastik atau jenis benda materi lainnya, tapi juga
bisa berupa nonmateri, seperti energi gaib, cahaya, sinar atau aura yang
menyelimuti tubuh.
Disini daya
malaikat Jibril dihadirkan sebagai “kudung” atau kerudung. Berangkat
dari kisah Nabi Muhammad SAW suatu ketika pernah terkena sihir dari
Labid bin Al-A’sham dari Bani Zuraiq, sekutu Yahudi. Kemudian malaikat
Jibril hadir dan membacakan doa mantera (merukyah) untuk melepas ikatan
sihir tersebut. Dan akhirnya Nabi pun selamat dari sihir itu. Jadi
seolah-olah Nabi senantiasa mendapat pengawalan gaib dari malaikat
Jibril dalam dirinya (tentu dengan ijin Allah SWT).
Dengan
menyakini sepenuhnya bahwa daya Malaikat Jibril juga akan menyatu
menyelimuti (meng-kerudungi) pembaca ajian KULHU ini, maka diri si
pembaca atau pemilik ilmu Kulhu Sungsang ini juga akan terlindungi /
selamat dari sihir, santet, tenung dsb, sebagaimana Nabi pernah selamat
dari sihir dengan bantuan dari malaikat Jibril.
Kemudian Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dihadirkan sebagai daya “teken” (tongkat). “tekenku Nabi Muhammad… dst”
Teken
(tongkat) biasanya dipakai oleh orang yang lanjut usia / lemah
badannya, untuk menopang badannya agar tidak ambruk demi kelangsungan
hidupnya.
Teken (tongkat) biasanya juga dipakai oleh para jawara, orang sakti sebagai senjata atau pusaka.
Teken
(tongkat) biasanya juga dipakai oleh para pejabat / raja (tongkat
Komando) sebagai penambah aura kewibawaan / meninggikan derajat atau
sebagai anugerah kehormatan dari Pangeran / Raja.
Teken (tongkat) biasanya juga dipakai oleh orang buta, sebagai penuntun jalan.
Rapal “Tekenku Nabi Muhammad” bukan berarti Diri badan Nabi dijadikan sebagai tongkat (teken),
tetapi ajaran yg dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai
tongkat penuntun jalan (pedoman hidup) yang dapat meninggikan dejarat
orang yang mengimaninya sebagai salah satu anugerah dari Gusti Pangeran
(Tuhan Yang Maha Kuasa) sekaligus sebagai senjata melawan musuh (orang
jahat/kafir/jin), untuk menopang kelangsungan hidup.
Kemudian rapal mantera ditutup dengan shalawat Nabi, sebagai bentuk rahmat (keselamatan).
Maka
seseorang yang didalam jiwanya telah mengerti hakikat sejati dari ilmu
Kulhu Sungsang ini, maka tiada lagi ketakutan kepada makhluk halus.
Ketika dalam perenungan ritual Patigeni, dalam gelapnya ruangan,
terpancarlah NUR (cahaya) gaib yg menyelimuti diri, seperti lentera yang
cahayanya menyilaukan, hingga membuat silau mata makhluk halus, santet,
tenung dsb, akhirnya terjungkirlah (sungsang) tidak mengena sasaran.
Sebenarnya
Ajian Kulhu Sungsang ini tidak berdiri sendiri, masih harus dilengkapi
dengan 3 ajian Kulhu lainnya. Karena merupakan satu benteng yang saling
terkait. Dan mempunyai posisi pada lapisan-lapisan tersendiri yang tidak
bisa dibolak-balik. Namun penjabaran dari saya cukupkan sekian dulu.
Mohon maaf
kepada para pinisepuh ahli mantera apabila saya salah dalam menjabarkan.
Semata-mata merupakan hasil dari kajian pribadi saya selama
pengembaraan ngelmu.
Nuwun.
***
Ki UmarJogjarasasejati.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar